“Golongan alkali
terdiri atas hidrogen, litium, natrium, kalium, rubidium dan sesium. Sedangkan
logam alkali tanah terdiri atas …..,” teriak Nimas dalam kamarnya. Sudah
kebiasaannya jika ada ulangan atau hafalan dia belajar dan menghafal dengan
teriak sekeras-kerasnya di dalam kamar. Sangat efisien memang, daya hafalnya
jauh lebih tinggi dibanding kan Ayu teman sebangkunya dari SD. Tidak hanya daya
hafalnya yang cepat, namun kelengketan ilmu yang memang terbukti sangat lengket.
Bagaikan lem gila yang super duper gila.
Besok memang ada
ulangan kimia, yang sudah dijanjikan Bu Nisa. Guru bidang studi kimia tentunya
hehe. “Jum’at depan kita ulangan elektrolisis dan unsur-unsur golongan utama,”
pesan Bu Nisa santai. Ingatan Nimas kembali pada pembelajaran kimia jum’at
lalu.
“Bab elektrolisis
memang perlu hitungan dan pemahaman yang banyak sedangkan bab unsur-unsur
golongan utama juga perlu hafalan yang exstra,” ujar Nimas. “Aku capeeeeeek,”
keluh Nimas. “Aku pengen muntah. Rasanya aku sudah mulai bereaksi dengan
unsur-unsur golongan A. Aku perlu Freon (CFC) untuk mendinginkan ku, yang
rasanya diri ini siap meledak seperti bom atom dan mengeluarkan nyala api
marcusuar,” keluh Nimas lagi.
Sepertinya efek samping
dari pembelajarannya itu cukup banyak berpengaruh dengan pola fikir nya. Dan
Nimas memustuskan untuk tidur dan masuk ke-alam bawah sadarnya. Meninggalkan
rutinitas pembelajaran yang sangat-sangat melelahkan. “Istirahat dan tidur
memang pantas untuk seorang yang sudah berusaha dengan maksimal dalam belajar,”
pembelaan Nimas. “Setelah segenap usaha dilakukan, perjuangan mati-matian
melawan hobby jalan-jalannku dan meninggalkan itu semua untuk belajar. Ini
waktu yang teapat! Yah! Waktu yang sangat tepat! Waktu yang sangat tepat untuk tidur
haha☺. Kita serahkan semuanya dengan kemampuan yang ada dan kita serahkan
seluruhnya kepada yang diatas,” pembelaan terakhir Nimas yang perlahan terlelap
tidur dan tak sadarkan diri.
Esok paginya Nimas
melangkah dengan pasti dan yakin. Saat teman-temannya memegang buku dan komat
kamit di bangku nya. Nimas hanya tersenyum penuh percaya diri, bahwa dia sudah
siap tempur. Tinggal meyiapkan sejumlah peralatan menulisnya.
“Setelah belajar sampai
larut malam, aku rasa aku tidak perlu takut,” ujar Nimas kepada Ayu teman
sebangkunya. “Sombong! Kita tidak boleh puas dengan ilmu yang telah kita dapat.
Sebisa mungkin bolak-balik lagi halaman buku LKS mu. Musuh dan tentara perang
akan datang dalam hitungan menit. Siapkan amunisi dan kau akan menang,” ujar
Ayu dengan semangat 45. ”Ah, semangat mu luar biasa. Aku tahu kau mantan
pejuang kemerdekaan kan?,” celetuk Nimas bebas.
Bu Nisa pun melangkah
gontai menuju ruangan kelas yang bersebelahan dengan toilet. Tak jauh dari
kantor, tidak perlu pakai angkot dan tidak pakai macet hehe☺. “Baik anak-anak
hari ini kita tidak jadi Ulangan, karena sebentar lagi kita Ulangan Umum dan
soal yang di Ujian Nasionalkan itu dibuat dari Pemerintah Profinsi. Berhubung
masih ada satu materi lagi yang belum ibu sampaikan, jadi hari ini kita
lanjutkan materinya,” ujar Bu Nisa, “horeeeeeeee…,” teriak teman sekelas. “Ibu,
baik dehh,” celetuk yang lain.
Namun ada sedikit
kekecewaan di benak hati Nimas. “Yah,,, sudah belajar semalaman. Ehh, gak jadi
ulangan,” Nimas kesal. Ada sedikit kekesalan juga di raut wajah Ayu, namun dia
merespon Nimas dengan positif.
“ Gak apa,, kalo gak
kaya gini toh belum tentu juga semalam kita belajar kan? Anggap saja ilmu yang
semalam itu, tuhan titip untuk kita simpan. Dilain waktu keguna kok”
“tapikan udah capeeek,
capek nya pake banget lagi pake kuadrat lagi pakai…,” Nimas kesal. “Sssssstttt…
Sudahlah, kita lanjutkan saja pembelajaran kita”.
****
Nini Maryani